Sabtu, 25 Mei 2013

HETZER Light Tank Destroyer






      Tank destroyer Hetzer dikembangkan dari sasis tank PzKpfw 38(t) sebagai alternatif tank destroyer yang murah dan mudah dibuat. Sasis tank PzKpfw 38(t) sendiri merupakan sasis tank yang awalnya di buat oleh Czechoslovakia, namun ketika negara ini takluk oleh serbuan Nazi Jerman, tank ini diadopsi oleh Jerman sebagai salah satu elemen tanknya. Seiring berjalannya waktu, Jerman mulai mengkonversi tank-tank PzKpfw 38(t) menjadi tank destroyer seperti Marder III. Sadar bahwa awak tank destroyer dengan model terbuka seperti Marder III(walaupun daya pandang sangat baik) mudah menjadi mangsa infantri musuh maupun pecahan peluru maupun hal-hal lainnya yang membahayakan awaknya, kemudian Jerman mendesain ulang tank destroyer dengan armor di sekujur tubuh. Hasilnya lahirlah Hetzer yang berukuran kecil namun memiliki kemampuan menghancurkan heavy tank musuh.

    Hetzer memiliki ketebalan armor jauh dibawah tank destroyer umumnya, dengan hanya ketebalan maksimal 60mm. Tank-tank destroyer kelas berat memiliki armor yang tebal, seperti Jagpanther (max armor 120mm) ataupun Jagdtiger (max armor 250mm), membuatnya dapat bertahan saat menerima hantaman peluru 76mm tank sekutu. Namun tank-tank sekelas Jagdpanter memerlukan waktu produksi yang lebih lama dan lebih kompleks, selain itu nilai per unitnya jauh diatas Hetzer (Hingga akhir perang tercatat hanya 382 unit yang sempat di produksi, Jagdtiger jauh lebih mengenaskan, hanya sekitar 88 unit yang di produksi) . Hetzer jauh lebih cepat di produksi massal, dan bentuknya yang kecil menyulitkan tank musuh membidiknya. Dengan meriam utamanya, Herzer hampir dapat menghancurkan semua tank musuh. Sedangkan untuk menghalau infantri musuh, Hetzer dilengkapi sepucuk MG34 dengan remote.

     Dibalik semua keunggulan, Hetzer menyimpan beberapa kelemahan. Bentuknya yang kecil sangat tak nyaman untuk keempat awaknya, terutama karena armor Hetzer berbentuk slope. Pandangan keluar amat terbatas, komandan tank kadang kala harus membuka hatch untuk bisa mendapatkan pandangan yang lebih baik. Sistem pengisian breechnya dari sebelah kanan, sedangkan senjatanya juga di tempatkan di sebelah kanan dekat dengan dinding slope tank, membuat pengisian peluru menjadi sulit.

   Paska berakhirnya perang dunia kedua, pabrikan Hetzer diambil alih Czechoslovakia. Tentara Swiss masih menggunakan Hetzer hingga tahun 1970an.

SPESIFIKASI 

BERAT : 14.500kg
PANJANG : 6,2m
LEBAR : 2,5m
TINGGI :  2,1m
JUMLAH KRU : 4
Ketebalan Armor : 10-60mm

Primary armament : 1× 7,5 cm Pak 39 L/48 (41 peluru)
Secondary armament : 1× 7.92 mm Maschinengewehr 34 (1.200 peluru)
Engine : Praga AC/2800 petrol engine
Power/weight : 10 hp/tonne
Fuel Capacity : 320 litres
Suspension : torsion bar
Operational range : 250km
Speed : 39 km/h


 

FERDINAND/ELEFANT Heavy Tank Destroyer


 



        Pertama kali di desain antara tahun 1941-42. Tank ini menggunakan sasis Porsche Tiger I yang gagal bersaing dengan desain Henschel. Saat itu Henschel menyodorkan varian Tiger I dengan posisi turret ada di tengah sasis, sedangkan Porsche memilih menempatkan turret agak ke depan sasis, keduanya sama-sama menggunakan turret desain Krupp. Henschel dinyatakan sebagai pemenang dan Tiger I diproduksi berdasarkan rancang bangun Hencshel. Sedangkan Porsche yang kalah masih mendapat kesempatan, sasisnya akan digunakan sebagai sasis tank destroyer yang baru, dilengkapi dengan meriam anti-tank Krupp yang baru, 88 mm Pak 43/2. Senjata baru ini dapat menghancurkan tank musuh dari jarak jauh, sebelum tank musuh dapat menembak.

         Ruang pengemudi dan operator radio terletak di depan, masing-masing terpisah. Ruang mesin berada di tengah sasis, sedangkan kubah meriam dan kru meriam terletak di bagian belakang tank. Meriam 88 mm Panzerabwehrkanone (PaK) 43/2 L/71 adalah meriam baru yang dikembangkan dari basis 88mm (Flak 18/36), meriam anti pesawat yang terkenal karena selain dapat digunakan untuk menembak jatuh pesawat, meriam ini ternyata juga dapat digunakan untuk menghancurkan tank-tank sekutu di Afrika. L/71 memiliki laras lebih panjang daripada L/56 Flak 18 & Flak 36, sehingga kecepatan pelurunya jauh lebih tinggi. Meriam ini dapat digerakan dengan sudut 25° baik secara vertikal maupun horizontal. Pada saat tank bergerak biasanya laras meriam ini dikunci dengan pengait yang ada di depan sasis.

       Sebanyak 91 unit dikerahkan di Battle of Kursk, yang merupakan salah satu pertempuran tank terbesar saat itu. Ferdinand berhasil menghancurkan banyak tank Soviet, sedangkan armor tebal yang dimiliki Ferdinand sulit ditembus oleh meriam dan senjata anti-tank Soviet saat itu. Walaupun sukses di medan tempur melawan tank-tank Soviet, tank ini justru mendapat masalah saat berhadapan dengan infantri lawan. Ferdinand sama sekali tak dibekali senjata MG layaknya tank-tank Jerman lainnya sehingga rentan dari serangan infantri lawan. Kebanyakan Ferdinand yang mengalami kerusakan terpaksa ditinggalkan karena tank ini terlalu berat untuk ditarik (bobot Ferdinand 65.000kg - bandingkan, tank Tiger I yang berbobot 55.000kg saja jika diderek harus menggunakan setidaknya 3 unit Sd.Kfz.9).

        Ferdinand yang masih tersisa kemudian dikirim ke Austria untuk di-upgrade dan diberi nama Elefant, perbedaan yang paling terlihat adalah penambahan MG34 sebagai machinegun anti infantri. Tahun 1944 tank-tank ini dikirim ke front Italia untuk menghadapi kemajuan sekutu disana, namun bobotnya yang terlalu berat ternyata tak cocok digunakan di medan Italia, kebanyakan jalan dan jembatan yang ada di Italia tak sanggup menahan bobot tank ini sehingga amat menyulitkan mobilitasnya. Masalah lain datang dari kurangnya spare-part yang tersedia, sehingga kebanyakan Elefant dihancurkan oleh krunya sendiri agar tak digunakan oleh musuh. Elefant terakhir terlihat beraksi dalam pertempuran terakhir, Battle of Berlin.

        Dibalik sejumlah kelemahan fatal yang melekat pada Ferdinand/Elefant, tank ini juga menorehkan reputasi yang baik dengan kill ratio 10:1. Pada Battle of Kursk, sPzJagAbt 653 yang dilengkapi tank ini mengklaim berhasil menghancurkan 320 tank Soviet dari berbagai jenis dengan hanya kehilangan 13 Ferdinand. Rekor yang luar biasa ini disebabkan oleh kekuatan dari meriam baru 8.8cm yang digunakannya dan tebalnya lapisan armor (200mm) yang dipakainya.

         Saat ini hanya ada dua Elefant/Ferdinand yang tersisa. Ferdinand yang berhasil diambil alih Soviet sewaktu Battle of Kursk, dan Elefant yang berhasil diperoleh sekutu di Anzio, Italia. Masing-masing berada di museum Kubinka di luar Moskow dan Museum United States Army Ordnance di Maryland.

SPESIFIKASI

BOBOT : 65.000kg
PANJANG : 8,1m
LEBAR : 3,4m
TINGGI : 2,9m
JUMLAH KRU : 6
Ketebalan Armor : 50-200mm

Primary armament :1× 8,8 cm Pak 43/2 L/70
Secondary armament : 1× 7.92 mm Maschinengewehr 34 (versi Late)
Engine : 2×Maybach HL 120 petrol
Power/weight : 9 hp/tonne
Suspension : longitudinal torsion-bar
Operational range : 150km
Speed : 30 km/h

Sabtu, 11 Mei 2013

MISTRAL : Rudal Anti Pesawat












 

Di dalam barisan persenjataan TNI AD kita kenal berbagai macam senjata atau rudal anti pesawat yang termasuk dalam Artileri Pertahanan Udara (ARHANUD) seperti QW-3, RBS 70 mk1/mk2, serta Rheinmetall mk20. Seperti tidak mau kalah dengan TNI AD, barisan pertahanan udara yang dimiliki TNI AL diperkuat dengan adanya sosok Rudal anti pesawat jarak pendek yaitu Rudal Mistral.
Mistral dibuat oleh pabrikan MBDA missile systems yang berbasis di Perancis. Rudal ringan ini mulai dirancang sejak tahun 1974, dan baru benar-benar operasional pada tahun 1988 untuk versi pertamanya (S1), dan di tahun 1997 diluncurkan versi keduanya (M2). Meski masuk segmen Manpad yang mobile, Mistral dalam pengoperasiannya harus menggunakan penyangga, serupa dengan rudal RBS-70 TNI AD, ini lantaran bobot 1 unit Mistral yang mencapai 18,7 kg.
Untuk sistem peluncurnya, Mistral menggunakan tiga platform, yaitu :
  • Tetral
    Tetral merupakan platform peluncur yang memiliki 4 unit Mistral, sistemnya dapat bekerja otomatis, dikendalikan secara remote, dan tergolong lowmaintenance. Desain Tetral memang dirancang oleh MBDA untuk dipasang pada jenis kapal perang yang menganut konsep stealth. Dan bisa ditebak, Tetral memang menjadi andalan frigat TNI AL dari kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity) seperti KRI DIPONEGORO 365, KRI HASANUDIN 366. Pada tiap frigat SIGMA dilengkapi dua sistem peluncur, masing-masing peluncur memuat empat rudal. Dalam pengoperasiannnya, Tetral dikendalikan dari PIT (pusat informasi tempur).
mistraltetral.jpg
Rudal mistral dengan peluncur tetral pada KRI DIPONEGORA 365
  • Simbad
    Simbad merupakan platform peluncur untuk dua rudal Mistral dan dioperasikan secara manual oleh operator (Manpad). Simbad saat ini dipasang pada frigat TNI-AL kelas Van Speijk seperti KRI KAREL SATSUIT TUBUN 356, Hadirnya Mistral di frigat Van Speijk sebagai pengganti rudal SAM jenis Sea Cat yang usianya sudah lawas.
mistralsimbad.jpg
Mistral dengan peluncur simbad pada KRI KAREL SATSUIT TUBUN 356
  • Sadral
    Sadral pada prinsipnya mirip dengan Tetral, dimana sistem rudal diluncurkan secara remote otomatis dari PIT. Bedanya Sadral mengusung enam peluncur rudal Mistral. Baik Simbad, Tetral dan Sadral, ketiganya dapat cepat untuk diisi ulang dan dapat ditebakkan secara salvo.
Meski tergolong rudal ringan jarak pendek, Mistral bisa melahap multi target, termasuk target yang bermanuver cepat, dalam hal ini seperti pesawat tempur dan helikopter, bahkan Mistral dengan kecepatan luncurnya yang 800 meter per detik bisa melahap target berupa rudal. Dalam rilis yang dikeluarkanMBDA, tingkat success rate Mistral Tetral mencapai 93 persen. Untuk menghajar target, rudal ini dilengkapi kendali berupa canard dan sistem sensor pengarah berupa passive IR (infra red) homing. Sensor passive IR akan bekerja 2 detik setelah peluncuran.
Spesifikasi
  • Panjang : 1,86 meter
  • Diameter : 90 mm
  • Berat : 18,7 kg (termasuk 3 kg hulu ledak high explosive)
  • Kecepatan luncur : 800 m/detik atau 2,6 Mach
  • Jangkauan : efektif hingga 5,3 km
  • Sistem pemandu : infra red
  • Mekanisme peledakan : laser proximity atau impact triggered
  • Mesin : solid rocket motor