9
Agustus 1945
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta,
selaku Ketua dan Wakil PPKI, serta Dr. Radjiman, mantan ketua BPUPKI, menuju
Saigon.
Soekarno :
"Kita mendapat undangan Jenderal Terauchi, Panglima Tentara Selatan, untuk
membicarakan persiapan kemerdekaan"
Hatta :
"Baiklah kita harus segera berangkat"
10
Agustus 1945
Sementara itu di Indonesia, Sutan
Syahrir mendengar kabar lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Berita tersebut pun menyebar.
Syahrir :
"Jepang telah menyerah kepada sekutu!"
Shodanco : "Benarkah? Artinya kita harus bersiap-siap untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia"
Jusuf Kunto : "Dan menolak segala bentuk “hadiah” kemerdekaan dari
Jepang!"
12
Agustus 1945
Di Dalath (Saigon) Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman diterima oleh Jenderal Terauchi dalam suatu
upacara sederhana.
Terauchi :
"Selamat datang di Saigon! Maaf memanggil kalian datang jauh-jauh ke
tempat ini"
Soekarno :
"Kami menghargai undangan Anda. Lalu apa yang hendak Anda bicarakan pada
kami mengenai kemerdekaan Indonesia?"
Terauchi :
“Pemerintah agung di Tokyo telah memutuskan memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan mengenai pelaksanaan kemerdekaan terserah kepada PPKI”
Soekarno :
“Kami ingin kemerdekaan secepatnya."
Terauchi :
“Kami mengusulkan Indonesia merdeka pada tanggal 24 Agustus”
14
Agustus 1945
Rombongan Soekarno-Hatta tiba kembali
di Jakarta. Ketika Hatta tiba di rumah, Sutan Syahrir sudah menunggu di sana
untuk membicarakan soal kemerdekaan.
Syahrir :
"Bagaimana hasil pertemuan di Dalat?
Hatta :
"Jepang memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan mengenai
pelaksanaan kemerdekaan terserah kepada PPKI”
Syahrir :
"Itu artinya keputusan pelaksanaan kemerdekaan ada di tangan PPKI?"
Hatta :
“Soal kemerdekaan semata-mata di tangan kita, hanya penyelenggaraannya
diserahkan kepada PPKI”
Syahrir :
“Jepang telah meminta damai kepada sekutu. Oleh karena itu, pernyataan
kemerdekaan jangan dilakukan oleh PPKI, sebab Indonesia merdeka yang lahir
semacam itu akan dicap oleh sekutu sebagai buatan Jepang. Sebaiknya Bung Karno
sendiri yang menyatakannya sebagai pemimpin rakyat atas nama rakyat dengan
pernyataan corong radio”
Hatta :
“Saya setuju. Kemerdekaan selekas-lekasnya, tetapi saya tidak yakin bahwa Bung
Karno mau mengambil langkah bertindak sendiri mengumumkan proklamasi”
Selanjutnya Hatta dan Syahrir pergi ke
tempat Ir. Soekarno untuk membicarakan masalah tersebut.
Syahrir :
"Bung harus memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia secara sendiri"
Soekarno :
“Saya tidak berhak bertindak, hak itu adalah hak dan tugas Panitia Persiapan
Kemerdekaan yang saya menjadi ketuanya. Alangkah janggalnya di mata orang,
setelah kesempatan terbuka untuk mengucapkan Kemerdekaan Indonesia saya
bertindak sendiri melewati Panitia Persiapan Kemerdekaan yang saya ketuai”
15
Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara
dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah
berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan
Syahrir mendengar kabar tersebut melalui BBC.
Soekarno-Hatta disertai Mr. Soebardjo
pergi mencari informasi mengenai kekalahan Jepang ke Genseikanbu (Kantor
Pemerintahan Militer), tetapi di sana tidak ada pejabat yang dapat ditemui
karena mereka dipanggil ke Genshireibu (Markas Panglima Tertinggi Tentara)
Soekarno :
"Tempat ini sepi. Tidak ada orang yang dapat kita mintai informasi tentang
kekalahan Jepang"
Hatta :
"Ya, tidak ada pejabat yang dapat ditemui"
Soebardjo : "Bagaimana kalau Bung-Bung sekalian pergi ke rumah
Laksamana Muda Maeda Tadashi, Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut (Bukanfu),
untuk mencari tahu tentang kebenaran kekalahan Jepang.
Atas usul Mr. Soebardjo, mereka pergi ke
Jalan Imam Bonjol, rumah Maeda.
Maeda :
“Selamat atas keberhasilan pertemuan Anda sekalian di Dalat”
Soekarno :
“Terimakasih, tapi tujuan kami datang kemari bukan untuk hal itu. Kami ingin
menanyakan benar-tidaknya berita yang menyiarkan bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu”
Maeda :
“Berita itu disiarkan oleh Sekutu dan saya belum memperoleh berita dari Tokyo,
sebab itu saya menunggu instruksi dari Tokyo”
Soekarno :
"Betulkah? Kalau betul seperti itu kami mohon pamit. Terimakasih atas
informasinya"
Sesudah meninggalkan tempat Laksamana
Maeda, kedua tokoh nasionalis utama itu dapat memperoleh keyakinan bahwa Jepang
sungguh-sungguh sudah menyerah.
Soekarno :
“Sepertinya benar adanya bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.”
Hatta :
“Kita harus mengadakan rapat PPKI secepatnya”
Soekarno :
“Mr. Soebardjo, saya menyerahi tugas kepada Anda untuk mengatur rapat PPKI
besok”
Soebardjo : “Baik. Rapat akan dilangsungkan di Kantor Dewan Sainyo
Kaigi di Pejambon, besok“
Sementara itu, pada saat menjelang
proklamasi kemerdekaan Indonesia, di Jakarta terdapat dua golongan yang berbeda
dalam memandang tentang cara-cara memproklamasikan kemerdekaan yaitu Golongan
Tua dan Golongan Muda. Golongan Tua diwakili oleh Soekarno-Hatta-Soebardjo
dalam rencana memproklamasikan kemerdekaan memerlukan adanya rapat PPKI,
sedangkan golongan Muda menghendaki untuk membebaskan diri dari PPKI yang
dianggap bentukan Jepang.
Pukul 20.00 Golongan Muda mengadakan
pertemuan di gedung Laboratorium Bakteriologi Jl. Pegangsaan Timur 16.
Sukarni : "Kita tidak bisa berdiam diri
seperti ini terus!"
Sayuti Melik : "Ya, Benar! Kalau tidak, kita tidak akan bisa merdeka
untuk selamanya!"
Syahrir : "Kita harus menemui Bung
Karno dan Bung Hatta untuk mendesak mereka agar mereka mau memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia!"
Pukul 22.00 Golongan Muda mendatangi
Bung Karno di rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur 56.
Sukarni : "Kami menuntut agar malam ini
juga Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia melalui
corong radio!"
Soekarno :
“Tidak bisa seperti itu. Jepang sudah mengambil keputusan untuk memerdekakan
Indonesia, dan esok pagi tanggal 16 Agustus PPKI akan bersidang membicarakan
kemerdekaan”
Hatta :
“Ya, kita tidak bisa mendahului Proklamasi Kemerderkaan sebelum sidang bersama
PPKI. Kita harus membicarakannya besok bersama anggota PPKI lainnya"
Syahrir : “Itu tidak perlu karena akan
menggambarkan bahwa Indonesia merdeka buatan Jepang!”
Sayuti Melik : “Sebab itu malam ini juga Bung Karno sebagai pemimpin rakyat
harus memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari genggaman Jepang”
Sukarni : “Sebelum jam 22.00 penyataan itu
mesti terjadi!”
Soekarno :
“Pendapat kita tidak dapat disesuaikan”
Hatta :
“Sebaiknya untuk pertemuan kali ini kita bubarkan saja”
Para pemuda kemudian mengadakan
pertemuan di Jl. Cikini 71, merundingkan langkah-langkah selanjutnya.
Sukarni : "Sepertinya Bung Karno dan
Bung Hatta mulai teracuni oleh Jepang"
Shodanco :
"Ya, mereka tidak berani mengambil keputusan sendiri dan segala hal
menyangkut kemerdekaan harus melewati PPKI. Sedangkan PPKI sendiri adalah badan
buatan Jepang!"
Sayuti Melik : "Mereka adalah tokoh yang penting bagi kita. Tanpa
mereka, Proklamasi kemerdekaan tidak akan terjadi!"
Shodanco :
"Kita harus melakukan sesuatu agar Bung Karno dang Bung Hatta tidak
semakin teracuni oleh Jepang"
Syahrir :
"Bawa Bung Karno dan Bung Hatta menyingkir ke luar kota di daerah tempat
rakyta dan tentara (PETA) siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang timbul
jika proklamasi sudah dinyatakan"
Sukarni :
"Baik. Subuh ini, rencana akan kita jalankan"
16
Agustus 1945
Kira-kira pukul 04.00, Para pemuda-pemuda
menjemput Bung Karno dan Bung Hatta. Selanjutnya berangkatlah rombongan Bung
Karno dan Bung Hatta disertai Ibu Fatmawati dibawa menuju Rengasdengklok.
Soekarno :
"Ada apa pemuda-pemuda datang kerumah saya subuh ini?"
Shodanco :
"Maaf Bung, Bung beserta isteri harus ikut dengan kami"
Soekarno :
"Akan pergi kemana?"
Subeno : "Bung tak perlu tau. Mau atau
tidak Bung harus ikut dengan kami. Kami akan memaksa Bung baik dengan kekerasan
sekalipun"
Peristiwa dibawanya Soekarno-Hatta
tersebut disampaikan Sudiro kepada Mr. Soebardjo.
Sudiro :
"Soekarno dan Hatta tidak berada di kota. Sepertinya mereka diculik!"
Soebardjo : "Apa?! Benarkah begitu? Dimana mereka
sekarang!"
Sudiro :
"Maaf, tapi saya tidak tahu. Sepertinya yang melakukan semua ini adalah para
pemuda bawah tanah"
Soebardjo : "Pemuda bawah tanah? Wikana! Ia pasti tau dimana
Soekarno dan Hatta berada sekarang"
Sementara itu Soebardjo juga menghubungi
Maeda untuk memperoleh dukungan dalam usaha pencarian Soekarno-Hatta.
Soebardjo : "Saya mendapat kabar bahwa Soekarno dan Hatta
diculik"
Maeda :
"Apa?! Bagaimana bisa? Siapa penculiknya? Apa anda tahu dimana mereka
berada sekarang?"
Soebardjo : "Tidak. Saya tidak tahu pasti siapa yang
menyembunyikan mereka dan keberadaan mereka sekarang, tetapi saya meminta
bantuan kepada anda jika mereka di sembunyikan oleh Angkatan Darat Jepang, maka
tolong bebaskanlah mereka"
Maeda :
"Itu pasti akan saya lakukan"
Soebardjo : "Saya meminta dukungan anda dalam usaha pencarian
Soekarno-Hatta"
Maeda :
"Saya berjanji akan berusaha mencari sendiri dengan segala daya dimana
Soekarno-Hatta berada"
Sementara itu di Rengasdengklok, saat
Soekarno menemani isterinya Fatmawati menyulam bendera merah-putih, Ia diajak
keluar untuk berbicara dengan Shodanco Singgih.
Shodanco :
"Mengapa Bung tak mau memproklamasikan Indonesia lebih cepat? Mengapa
harus menunggu keputusan dari Jepang lebih dahulu?"
Soekarno :
"Bukan saya tak mau. Saya hanya tidak ingin semua terburu-buru.
Memproklamasikan kemerdekaan tanpa persiapan akan menyebabkan pertumpahan darah
lagi di Indonesia"
Shodanco :
"Tapi jika keadaannya sudah seperti ini bagaimana, Bung?"
Soekarno :
"Kalau memang semua sudah siap dan kita rencanakan. Saya bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia saat saya sekembali ke Jakarta"
Shodanco :
"Artinya Bung akan langsung mempersiapkan segala proklamasi kemerdekaan
jika Bung kembali ke Jakarta?"
Soekarno :
"Ya, karena semua butuh persiapan"
Shodanco Singgih langsung mengabari hal
ini pada pemuda bawah tanah. Pada siang hari Soebardjo bertemu dengan Wikana di
kantornya. Awalnya Wikana tetap merahasiakan tempat Soekarno-Hatta
disembunyikan, tetapi setelah Jusuf Kunto yang diutus untuk mengabari bahwa
Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia jika ia kembali ke Jakarta
datang, akhirnya Wikana bersama-sama dengan Jusuf Kunto memberitahu Soebardjo
bahwa kedua pemimpin itu diamankan diluar kota.
Soebardjo : "Tolong anda beritahu dimana Bung Karno dan Bung
Hatta sekarang"
Wikana :
"Saya tidak tahu dimana mereka"
Soebardjo : "Tak mungkin anda tak tahu"
Jusuf Kunto : "Ada apa ini?"
Soebardjo : "Tolong beritahu saya dimana Bung Karno dan Bung
Hatta sekarang"
Jusuf Kunto : "Anda tak perlu khawatir, Bung Karno dan Bung Hatta
aman bersama kami. Bung Karno berkata ia akan memproklamasikan Indonesia jika
ia kembali ke Jakarta."
Wikana :
"Kami sengaja mengasingkan mereka ke luar kota agar mereka terhindar dari
penangkapan Angkatan Darat Jepang"
Soebardjo : "Kalian juga tak perlu khawatir mengenai
keselamatan Bung Karno dan Bung Hatta jika mereka kembali, karena saya percaya
dapat mengandalkan dukungan Angkatan Laut andaikata mereka menemui kesulitan
dari Angkatan Darat Jepang.
Wikana :
"Baiklah kalau memang begitu adanya. Kami sedikit merasa tenang"
Soebardjo : "Jadi maukah Anda sekalian memberitahu saya dimana
Soekarno-Hatta berada? Saya ingin menjemput mereka"
Wikana :
"Baiklah, Jusuf Kunto yang akan mengantar anda ke tempat Soekarno-Hatta
berada sekarang"
Pukul 16.00 Soebardjo akan berangkat ke
arah timur dengan ditemani Sudiro dan diantar Jusuf Kunto.
Pukul 18.00 Akhirnya mereka sampai di
Asrama PETA Rengasdengklok. Soebardjo bertemu dengan Sukarni dan selanjutnya
dihadapkan pada seorang Mayor PETA, Subeno.
Subeno :
"Apa maksud kedatangan Anda kemari?"
Soebardjo : "Maksud kedatangan saya kemari adalah untuk
menjemput Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta untuk mempercepat
proklamasi kemerdekaan"
Subeno :
"Apa jaminannya bahwa proklamasi kemerdekaan akan lebih cepat?"
Soebardjo : "Proklamasi kemerdekaan paling lambat esoknya
tengah hari. Apabila saya gagal, maka saya siap ditembak mati"
Subeno :
"Baiklah anda saya izinkan untuk bertemu mereka"
Soebardjo akhirnya dapat bertemu dengan
Soekarno dan Hatta.
Soebardjo : "Anda berdua harus segera kembali ke Jakarta. Dan
anda harus bertemu dengan Laksamana Maeda"
Pukul 21.00 Rombongan sampai di Jakarta.
Atas usul Soebardjo, Soekarno menelpon Maeda untuk meminjam rumahnya sebagai
tempat rapat.
Soekarno :
"Terimakasih telah mengizinkan kami meminjam rumah anda untuk mengadakan rapat"
Maeda :
"Itu kewajiban saya yang mencintai Indonesia Merdeka"
21.30 Soekarno-Hatta berangkat ke rumah
Mayor Jenderal Nishimura (Kepala Departemen Urusan Umum/Somubucho) disertai
Maeda.
Soekarno :
"Kami ingin meneruskan rapat pagi tadi yang sempat tidak terlaksana
mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia"
Nishimura : "Sekarang sudah lain keadaannya. Mulai pukul satu
siang tadi kami tidak boleh lagi mengubah status
quo. Pimpinan tentara Jepang sangat sedih bahwa apa yang dijanjikan
terhadapn Indonesia Merdeka tidak dapat kami tolong menyelenggarakannya. Dari
mulai tengah hari tadi tentara Jepang di Jawa tidak mempunyai kebebasan
bergerak lagi. Ia semata-mata alat Sekutu dan harus menurut perintah
Sekutu"
Soekarno :
"Pemerintah Tokyo sudah mengakui kemerdekaan Indonesia melalui perantaraan
Jenderal Terauchi dan pelaksanaannya diserahkan kepada PPKI yang pada pukul
24.00 nanti akan memulai rapat di rumah Laksamana Maeda"
Nishimura : "Apabila rapat itu berlangsung tadi pagi akan
dibantu. Tetapi setelah tengah hari kami harus tunduk kepada pemerintah Sekutu
dan tiap-tiap perubahan status quo
tidak diperbolehkan. Jadi sekarang rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia terpaksa kami larang"
Perundingan dengan Nishimura menemui
jalan buntu, akhirnya Soekarno-Hatta kembali kerumah Maeda dan memulai rapat
PPKI. Rapat PPKI pun dimulai dan menghasilkan naskah Proklamasi.
Soekarno :
“Saya serta Bung Hatta dan Mr. Soebardjo mohon undur diri untuk menyusun naskah
Proklamasi”
Soebardjo : “Mohon untuk Sukarni dan Sayuti ikut dengan kami”
Sayuti Melik : “Baik”
Diruangan tersebut,
Soekarno-Hatta-Soebardjo menyusun naskah Proklamasi. Setelah selesai, Sayuti
Melik yang mengetiknya. Selesai di ketik, hasil naskah Proklamasi dibacakan di
hadapan para peserta rapat lainnya untuk disetujui. Namun, timbul masalah
tentang siapa yang akan menandatangani naskah tersebut.
Syahrir :
“Siapa yang akan menandatangani naskah tersebut?”
Wikana :
“Bagaimana jika anda saja karena anda adalah pemimpin pemuda-pemuda Indonesia.
Tanpa kegigihan anda dalam mendesak para golongan tua, mungkin hari ini tidak
akan ada”
Syahrir :
“Saya tidak pantas untuk menandatanganinya”
Sukarni :
“Bagaimana jika Bung Karno dan Bung Hatta saja yang menandatangani atas nama
Bangsa Indonesia?”
Shodanco :
“Usul yang bagus. Saya setuju. Apa semua setuju?”
Peserta Rapat : “Ya, kami semua setuju”
Akhirnya naskah Proklamasi
ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
17
Agustus 1945
Pukul 10.00 Bung Karno didampingi Bung
Hatta membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di halaman rumah
kediaman Bung Karno dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
MERDEKA!!!