Senin, 16 Desember 2013

Pertempuran Moskow

 
 
 
 

 


Pertempuran Moskow merujuk kepada upaya pertahanan ibukota Soviet, Moskwa dan serangan balik terhadap pasukan Jerman yang berlangsung antara Oktober 1941 dan Januari 1942 di Front Timur pada Perang Dunia II.

Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman dan sekutu-sekutunya menyerang Uni Soviet secara mendadak. Setelah berhasil menghancurkan sebagian besar kekuatan udara Uni Soviet pada saat masih berada di daratan, pasukan Jerman berhasil masuk jauh kedalam wilayah soviet dengan menggunakan taktik perang kilat atau Blitzkrieg. Divisi lapis baja dengan memakai gerakan menjepit berhasil memerangkap dan menghancurkan hampir keseluruhan tentara Soviet yang tersisa. Pasukan Jerman sendiri terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi Utara yang bertugas untuk menguasai Leningrad, Divisi Tengah yang bertugas merebut Moskow, dan divisi Selatan yang bertugas merebut wilayah.

Pertahanan tentara Soviet sudah berada diujung tanduk, korban yang jatuh begitu banyak. Tinggal menunggu waktu saja kejatuhan dari Moskow. Pada awal Agustus 1942, Jerman berhasil merebut Smolensk, sebuah kota strategis pada arah menuju Moskow. Namun, pertempuran di Smolensk sendiri telah mengakibatkan Jerman harus menunda serangan ke Moskow sampai akhir September 1941. Keterlambatan ini sedikit banyak mengganggu strategi perang Blitzkrieg yang mengutamakan kecepata gerak, dan keterlambatan ini juga yang memberikan waktu cukup banyak bagi Tentara Soviet untuk mengonsolidasikan diri. Setelah melakukan persiapan, pada tanggal 2 Oktober 1941, Divisi Tengah dibawah Marshall Fedor Von Bock menyerang Moskow dengan kode Operasi Topan.

Tentara Soviet di Front Barat, Front cadangan, Front Bryansk, dan front Kalinin, mempertahankan wilayah Moskow, mengalami banyak korban namun tetap bertempur mati-matian. Pada 10 Oktober 1941. Marshall Georgi Zhukov mengambil alih pimpinan front Barat dan Pertahanan Moskow.

Kota Moskwa sekarang telah menjadi sasaran bagi serangan udara. Penduduk telah diperintahkan untuk membangun barikade di jalanan, bahkan pertahanan dibangun sampai ke wilayah Kremlin sebagai pusat pemerintahan. Pejabat-pejabat Pemerintahan Soviet, kecuali Stalin,telah pindah ke kota Kuybyshev (Samara, nama saat ini). Tujuan Stalin untuk tetap tinggal di Moskwa adalah untuk memberi contoh dan meningkatkan moral pasukan serta penduduk. Untuk menunjukan keinginan kuat dari tentara Soviet, Stalin pernah memerintahkan tentara Soviet pada perayaan revolusi 7 November untuk melakukan parade di Lapangan Merah, dimana pasukan yang melakukan parade berbaris langsung ke garis depan.

Dilain pihak, Gerak maju Jerman telah mengalami penurunan. Pasukan Jerman sempat lumpuh sebagian akibat hujan turun, mengakibatkan jalan-jalan yang dilalui menjadi kubangan lumpur. Pada November 1941, Musim dingin di Rusia di mulai, masalah jalanan memang dapat teratasi karena jalanan kembali mengeras. Namun dilain pihak, pada saat musim dingin tersebut, tentara Jerman tidak dilengkapi dengan pakaian musim dingin, sebagai akibat prediksi Hitler yang menganggap Uni Soviet dapat jatuh di musim panas atau dalam waktu 2 bulan dari saat invasi awal dilakukan. Tidak hanya pakaian musim dingin yang kurang, peralatan Jerman seperti tank, persenjataan, dan kendaran-kendaraaan lainnya juga mogok akibat cuaca dingin dibawah 0° Celcius. Bahkan musim dingin yang terjadi pada saat itu, dianggap oleh orang Rusia sendiri sebagai yang paling dingin dari yang pernah terjadi sebelumnya.

Pembangunan Pertahanan Soviet di depan kota Moskwa sendiri dilakukan secara tergesa-gesa. Pemimpin Soviet mengirim ribuan sukarelawan dan rekrutmen ke medan perang, bahkan termasuk diantaranya batalyon wanita langsung menuju senapan mesin. Di front Moskow-lah istilah Panfilovec menjadi istilah terkenal, mengambil nama I.V. Panfilov, komandan divisi senapan ke-316, yang tewas mengorbankan dirinya dalam pertempuran melawan tank Jerman. Hanya sedikit tentara Soviet yang selamat dalam pertempuran itu, dengan meninggalkan korban tentara Jerman yang tidak sedikit.

Pada 27 November 1942, Tentara Jerman pernah sempat mencapai posisi paling timur dari invansi mereka ke Uni Soviet. Sebuah kelompok patroli tentara Jerman berhasil menguasai sebuah stasiun kereta api berjarak 27 kilometer diluar kota Moskwa, sebelum berhasil diusir oleh pasukan pertahanan Soviet.

Pada 5 Desember 1941, setelah melihat gerak lambat pasukan Jerman dan mulai melemahnya semangat tempur mereka. Marshall Zhukov kemudian melancarkan serangan balik terbesar terhadap Tentara Jerman. Serangan balik dilakukan disemua sektor garis depan Moskow pada tanggal 6 Desember 1941. Sepanjang musim gugur, Zhukov secara diam-diam memindahkan tentara soviet dari Siberia yang masih segar dan bersenjata lengkap untuk mempertahankan Moskow. Namun, keberadaan pasukan ini sengaja ditahan, sampai tiba saatnya dilepas untuk melakukan serangan pada tanggal yang telah ditentukan. Zhukov mengandalkan informasi dari Richard Sorge, mata-mata Rusia, yang mengatakan bahwa Jepang tidak akan menyerang Uni Soviet. Informasi ini dipercaya, karena sebelumnya Sorge pernah memberikan informasi tepat mengenai invasi Jerman ke Uni Soviet (Operasi Barbarossa).

Disaat tentara Jerman telah terlalu dekat dengan pusat Kota Moskow, Zhukov langsung memerintahkan divisi Siberia tersebut untuk menghadapi Jerman, divisi tersebut yang dilengkapi dengan Tank T-34 dan peluncur roket Katyusha baru serta telah siap dengan musim dingin berhasil memukul mundur pasukan Jerman yang telah kehabisan tenaga, lelah dan mengalami demoralisasi sebagai akibat musim dingin dan terlalu lama di medan perang. Pasukan Jerman dalam serangan tersebut berhasil dipukul mundur hinggaa 100 sampai 250 kilometer dari kota Moskow pada tanggal 7 Januari 1942. Pada bulan April 1942 Uni Soviet kembali mengonsolidasikan diri setelah berhasil memukul mundur pasukan Jerman. Setelah serangan balik itu, tentara Jerman tidak dapat lagi melakukan serangan dan malah harus terus mundur. Mundurnya pasukan Jerman ini tidak lagi akan mengancam kota Moskow. Kemenangan dalam pertempuran ini meningkatkan semangat tentara dan rakyat Soviet, sedangkan bagi Jerman, kekalahan tersebut pada akhirnya membuktikan bahwa tidak selamanya tentara Jerman tak terkalahkan dan kekalahan mereka dalam pertempuran ini menunjukan kegagalan dari taktik perang Blitzkrieg.

Setelah pertempuran itu, Jerman mau tak mau harus mempersiapkan diri dalam pertempuran panjang dan berdarah dalam menghadapi Soviet, namun kali ini, Soviet yang mengambil inisiatif pertempuran. Menurut sumber terpercaya, sekitar 700.000 tentara merah terbunuh, luka atau hilang dalam fase pertahanan dan serangan balik dan sekitar 250.000 tentara poros terbunuh, hilang atau luka-luka sepanjang pertempuran berlangsung. Untuk mengenang kepahlawanan ini, Kota Moskow dianugerahi penghargaan Kota Pahlawan pada tahun 1965, khusus untuk memperingati 20 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gunakanlah kolom komentar untuk berkomentar dengan bijak